Jumat, 30 Maret 2012

Sedikit Kata Untuk Ayah


Masih terngiang di telingaku keras suaramu ketika memanggil namaku
Teringat aku akan sosok yang tegas, humoris, baik, dan penyayang
Dia adalah ayahku, ayah yang membesarkan aku hingga aku berumur 12 tahun. Dan sekarang aku berumur 16 tahun. Ya benar ayahku meninggalkan aku ketika aku berumur 12 tahun. Begitu syoknya aku mendengar satu kalimat dari salah seorang keluargaku ketika aku masih terlelap dalam tidurku namun suara itu masih jelas terdengar “ sudah biarkan saja dia tidur, kasihan kalau tau ayahnya sudah tiada” setelah ku dengar kalimat itu aku tak bisa lagi untuk berfikir. semuanya terasa gelap dan asing. Aku tak dapat membayangkan bagaimana nasibku kelak. Belum sempat aku membayangkan dan berfikir banyak, ibuku menghampiriku dan memeluk erat tubuhku dan berkata sambil menahan isak tangisnya “sudah tak apa-apa ya” aku tau dia hanya berpura-pura tegar dihadapanku. Aku pun tak bisa berlama-lama menangis karna aku pun tak mau melihat orang disekelilingku bersedih. Aku pun berpura-pura tegar dan segera mengganti baju untuk ikut membacakan yasin di sebelah jasad ayahku. Dan semenjak itu bayangan ayahku selalu ada dihatiku. Aku tak akan bisa lupa tentang semua yang ada pada dirinya. Mungkin dulu aku sempat kesal dengannya lantaran dia jarang dirumah. Tapi aku tau itu semua untukku.
Dan kini semua kenangan bersama ayahku masih tersimpan dalam ingatanku. Teringat ketika kita di jalan menuju rumah nenekku, aku kedinginan dan beliau membelikan aku sebuah bakpau hangat dan meyuruhku tiduran dan tak kusangka kakiku ditarik agar bisa lebih hangat dipangkaunnya. Hal itu masih kuingat hingga sekarang. Dan lagi moment indah ketika kami selalu sholat berjamaah dirumah bertiga, aku ayah dan ibuku. Ketika selesai sholat kami berjabat tangan dan aku mencium tangan ayah dan ibuku. Selesai berdoa aku pun beranjak dari tempat sholat dan ingin segera bermain, tetapi disitu kulihat ayahku belum beranjak dan masih tetap berzikir. Aku bangga punya ayah seperti dia
Dan ketika adzan telah berkumandang namun aku belum beranjak untuk mengambil wudhu ayahku selalu memanggilku dan segera menyuruhku mengambil wudhu dan segera sholat. Suatu moment tempo dulu pun masuk dalam ingatanku yaitu ketika aku pulang sekolah membawa sebuah bubur kacang hijau, dan aku pun menaari ayahku tak kusangka beliau pun mau dan aku rela kembali ke sekolah untuk membelikan lagi untuk beliau.
Dan lagi teringat olehku ketika aku masih TK. Pagi itu aku harus sekolah dan ibuku mebangunkanku untuk segera mandi dan ayahku pun bergurau “sudah tak usah sekolah “ sambil memberikan tawa khasnya. Akupun tertidur kembali dipelukannya.

Itu hanya sedikit memori tentang ayahku. Walaupun raganya tak ada disampingku tapi aku merasa jiwanya ada didekatku dan akan selamanya menemani langkahku. Tak ada ynag bisa menggantikannya dihatiku. Dia satu dan hanya untukku.
Terima kasih untuk 12 tahunku bersamamu, terima kasih banyak atas semua ajaranmu tentang hidup ini. Terima kasih telah menjagaku menyayangiku dan memberiku senyum disetiap pagiku.
You are everything to me
was happy there, here I will always miss you
I would be best for you

Tidak ada komentar:

Posting Komentar